Ada rumor kalau Nikola Tesla,
seorang ilmuwan misterius, memiliki rancangan sebuah senjata maha dashyat yang
bisa mendefinisikan ulang arti sebuah peperangan. Namun, setelah kematiannya,
rancangan itu lenyap tanpa bekas.
Nikola Tesla (1856 - 1943) mungkin
adalah salah seorang ilmuwan terbesar yang pernah ada. Ia memegang sekitar 300
hak paten penemuan-penemuan yang berhubungan dengan listrik seperti dinamo,
transformer, induction coil, condenser dan lampu pijar.
Dari semuanya itu, Tesla paling
dikenal karena kontribusinya dalam penelitian listrik AC (Alternating Current).
Karena ini juga, ia kemudian menjalani permusuhan yang sangat dalam dengan
mantan atasannya, Thomas A. Edison yang memilih untuk memfokuskan diri pada listrik
DC (Direct Current).
Sejak lama, nama Tesla selalu
dikaitkan dengan penemuan-penemuan luar biasa yang jauh lebih maju dari
zamannya. Contohnya Otis T. Carr, salah seorang insinyur yang juga anak didik
Tesla, pernah membuat pernyataan mengejutkan kalau ia dan rekan satu timnya
bernama Ralph Ring pernah membuat sebuah pesawat berbentuk piringan yang dengan
sukses menerbangkan mereka sejauh 10 mil dengan kecepatan cahaya. Menurut Carr,
ia menggunakan prinsip-prinsip yang diajarkan Tesla dalam membuat pesawat
tersebut.
Selain itu, nama Tesla juga sering
dikaitkan dengan peristiwa ledakan Tunguska yang maha dashyat. Ledakan itu
disebut-sebut sebagai akibat dari percobaan Tesla ketika ia mentransmisikan
energi listrik yang kuat dengan menggunakan menara Wardenclyffe yang
dibangunnya.
Nah, apa jadinya kalau ilmuwan yang
jenius dan misterius itu mengatakan kalau ia mampu membuat senjata pemusnah
massal yang bisa membuat perang menjadi tidak terpikirkan oleh siapapun?
Tesla Death Ray
Semuanya bermula dari sebuah
pernyataan yang dikeluarkan oleh ilmuwan eksentrik itu pada tahun 1938.
Kepada reporter, Tesla mengumumkan
kalau ia dapat membuat sebuah senjata maha dashyat sehingga siapapun yang
memilikinya akan memiliki kemenangan luar biasa di dalam setiap peperangan.
Senjata yang dimaksud Tesla itu
kemudian dikenal dengan nama Tesla Death Ray, atau Sinar Kematian Tesla.
Menurut Tesla:
"Senjata ini akan mengirim
pancaran partikel-partikel yang terkonsentrasi lewat udara yang akan terbang
dengan kecepatan hampir menyamai kecepatan cahaya. Energinya begitu besar
sehingga ia dapat merontokkan hingga 10.000 pesawat musuh dari jarak 250 mil
dan dapat menyebabkan jutaan tentara musuh mati di tempat."
Senjata partikel ini melibatkan
empat penemuan yang dikombinasikan menjadi satu.
Penemuan pertama adalah sebuah
peralatan yang bisa meniadakan pengaruh atmosfer terhadap partikel-partikel
tersebut.
Penemuan kedua adalah metode untuk
menghasilkan potensi kekuatan listrik yang sangat besar.
Penemuan ketiga adalah metode untuk
meningkatkan kekuatan listrik yang dihasilkan hingga mencapai 50.000.000 volts.
Penemuan keempat adalah pembuatan
sebuah alat untuk melontarkan kekuatan listrik yang telah dihasilkan.
Menurut Tesla, dua dari empat
penemuan diatas telah dibuat dan diujicobakan olehnya. Dua lainnya hanya
membutuhkan sedikit penyempurnaan. Untuk merealisasikannya, hanya dibutuhkan
dana 2 juta dolar dan 3 bulan. Jumlah ini tentu saja sangat kecil dibandingkan
dengan hasil yang dapat diberikan. Jika proyek ini disetujui, maka ia akan
membangun menara-menara pembangkit listrik yang berfungsi sebagai senjata
tersebut di wilayah-wilayah perbatasan.
Menurut Tesla, jika pemerintah
Amerika memutuskan untuk menerima penawarannya, maka ia akan segera mulai
bekerja. Namun ia menuntut satu syarat. Ia ingin pemerintah sepenuhnya percaya
kepadanya dan menolak adanya intervensi dari "ahli" lainnya. Ia juga
mengatakan kalau rancangan lengkap senjata ini telah dibuat dan disimpan di
dalam arsipnya.
Particle Beam
Kedengarannya, Tesla seperti sedang
berfantasi. Namun sebenarnya tidak demikian. Pancaran partikel (particle beam)
sebenarnya bukan hal yang aneh dalam dunia sains. Kita biasa menggunakan metode
ini dalam kehidupan modern ini.
Pancaran partikel sebenarnya hanya
sebuah pancaran cahaya yang terdiri dari berbagai gelombang elektromagnetik.
Salah satu contoh penggunaannya adalah alat operasi sinar laser yang digunakan
untuk mengoperasi otak.
Namun pancaran partikel yang
dibicarakan oleh Tesla tentu saja memiliki level yang berbeda dibanding dengan
sebuah alat operasi. Jika senjata pemusnah massal ini benar-benar bisa
direalisasikan, mengapa Tesla sampai berniat menciptakannya?
Tesla ternyata memiliki cara pandang
yang berbeda mengenai senjata ini.
Senjata Pemusnah Massal
Dalam pandangannya, senjata pemusnah
massal ini justru bisa mencegah perang. Pada tahun ia membuat pengumuman itu,
perang dunia I belum lama berakhir dan dunia sedang bersiap memasuki perang
dunia II. Karena itu, Tesla memiliki ambisi besar untuk mengakhiri konflik
dunia itu dan menciptakan perdamaian dunia.
Dalam salah satu suratnya, Tesla
menulis:
"Selama bertahun-tahun, aku
mencoba untuk mencari solusi dari masalah terberat umat manusia, yaitu bagaimana
menjaga perdamaian dunia."
Mengenai Tesla Death Ray, ia
mengatakan:
"Penemuan ini akan membuat
perang menjadi tidak mungkin. Sinar kematian itu akan mengelilingi perbatasan
setiap negara seperti tembok Cina yang tidak terlihat, hanya saja, "tembok"
ini jutaan kali lebih sulit ditembus. Ini akan membuat setiap negara tidak
dapat ditembus oleh pesawat musuh atau tentara darat yang menyerbu masuk."
Dengan kata lain, menurut Tesla,
untuk mencegah perang kita harus mempersenjatai diri dengan sangat hebat
sehingga negara lain akan mengurungkan niatnya untuk menyerang.
Namun, walaupun perang besar sudah
diambang pintu, sepertinya pemerintah Amerika tidak berniat untuk
merealisasikan ide Tesla. Beberapa usaha Tesla untuk menawarkan idenya ke
beberapa negara lain juga diabaikan. Ketertarikan terhadap idenya runtuh dan
mulai dilupakan.
Namun, ketika Tesla meninggal dunia,
ingatan akan Tesla Death Ray kembali naik ke permukaan. Ini dikarenakan
munculnya sebuah misteri yang cukup membingungkan.
Dokumen yang hilangPada tanggal 7
Januari 1943, Tesla meninggal di kamar hotelnya di New York di kamar 3327 di
lantai 33 pada usia 86 tahun. Karena ia tidak pernah menikah, harta benda dan
dokumen-dokumen pribadi yang dimilikinya diwariskan kepada keluarganya yang
lain. Tidak lama setelah kematiannya, para agen dari Alien (imigran gelap)
Property Custodian, departemen kehakiman Amerika Serikat, segera menyita
seluruh dokumen-dokumen tersebut. Ini cukup mengherankan karena Tesla sendiri
sebenarnya adalah warga negara resmi Amerika. Operasi dariAlien Property
Custodian ini diakui oleh FBI dalam website resminya.
Namun misterinya tidak sampai
disitu. Ketika pemerintah Amerika mengadakan pemeriksaan menyeluruh atas
seluruh dokumen yang disita, mereka tidak bisa menemukan catatan mengenai
rancangan Tesla Death Ray.
Dengan kata lain, rancangan senjata
pemusnah massal tersebut hilang tanpa jejak.
Berita hilangnya dokumen itu telah
memicu perlombaan antara Amerika, Rusia dan Jerman untuk melacak keberadaannya.
Tetapi, hingga sekarang, keberadaan dokumen tersebut masih tidak diketahui.
Dimanakah dokumen-dokumen itu
berada? Apakah Tesla benar-benar memiliki rancangan itu?
Dimanakah rancangan Tesla Death Ray
sebenarnya?
Sebagian orang percaya kalau Tesla
telah memusnahkan rancangan tersebut sebelum kematiannya karena takut jatuh ke
tangan yang salah. Sebagian lagi percaya kalau orang dekat Tesla telah berhasil
mengamankan rancangan tersebut sebelum disita oleh pemerintah.
Jenderal George Keegan, pensiunan
kepala intelijen angkatan udara Amerika, percaya kalau rancangan itu berada di
tangan pemerintah Uni Sovyet. Dugaan ini muncul karena ternyata Tesla juga
mempresentasikan idenya kepada negara-negara lain.
Ketika penawarannya untuk membangun
jaringan Tesla Death Ray tidak mendapatkan tanggapan dari pemerintah Amerika,
Tesla menawarkan idenya kepada Inggris dengan harga 3 juta dolar. Ia berjanji
akan membuat wilayah Inggris bebas dari serangan musuh hanya dalam tempo 3
bulan. Pemerintah Inggris juga tidak menggubris tawarannya. Lalu, Tesla kembali
mencoba menawarkan idenya, kali ini kepada Liga Bangsa-bangsa. Usaha ini juga
gagal.
Ketika pemerintah lain menganggap
sepi penawaran Tesla, ketertarikan cukup besar datang dari pihak Uni Sovyet.
Konon pada tahun 1937, satu tahun sebelum Tesla mengumumkan idenya ke publik,
ia sebenarnya telah mempresentasikannya kepada Amtorg Trading Corporation,
salah satu perusahaan perwakilan Sovyet di New York.
Dua tahun kemudian, tahun 1939,
Tesla diketahui telah mengujicobakan tahap pertama idenya di hadapan pihak
Sovyet. Lalu, Tesla menerima cek sebesar 25.000 dolar dari mereka. Namun proyek
itu tidak pernah diselesaikan.
Ada teori kalau sesungguhnya Tesla
memang tidak membangun proyek itu, melainkan hanya menjual rancangannya kepada
Uni Sovyet.
Dugaan ini kembali menguat ketika
Sovyet menginvasi Afghanistan tahun 1979. Rumor menyebutkan kalau pada masa
perang tersebut, helikopter-helikopter Sovyet terlihat mengeluarkan cahaya aneh
yang diarahkan kepada tentara Afghanistan. Mereka yang terkena cahaya tersebut
tewas seketika dan mayatnya tidak membusuk hingga 30 hari.
Ketika meneliti mayat tersebut,
pihak militer barat percaya kalau Sovyet mungkin telah menggunakan gas pembunuh
jenis baru, namun banyak yang percaya kalau kondisi mayat tersebut adalah hasil
dari senjata yang melontarkan elektromagnetik berkekuatan tinggi.
Jadi, mungkin Sovyet telah berhasil
merealisasikan rancangan Tesla Death Ray dan memodifikasinya.
Foto tahun 1980 dari satelit
mata-mata Amerika yang menunjukkan
kemungkinan instalasi senjata
partikel Russia di Semipalatinsk
Selain teori Rusia, banyak juga yang
percaya kalau sesungguhnya rancangan itu berada di tangan pemerintah Amerika
Serikat serikat sendiri.
Teori ini juga punya dasar yang
cukup kuat.
DARPA (Defense Advance Reasearch
Project Agency), yaitu salah satu badan pemerintah yang bertujuan untuk
meneliti persenjataan baru untuk militer, sesungguhnya telah melakukan
percobaan senjata partikel sejak tahun 1958, 15 tahun setelah kematian Tesla.
Prinsip penelitian mereka sama persis dengan ide Tesla, walaupun dalam skala
yang lebih kecil.
Namun, proyek ini tidak dilanjutkan
lagi karena dua alasan, yaitu karena materi-materi yang dibutuhkan oleh senjata
dashyat ini dianggap "berisiko tinggi" dan karena kekuatan yang
dibutuhkan untuk memproyeksikan pancaran itu melebihi kemampuan pembangkit listrik
standar yang digunakan dalam perang.
Jika dua masalah ini terselesaikan,
mungkin proyek ini akan dilanjutkan lagi.
Apakah ini berarti pemerintah
Amerika memiliki dokumen Tesla?
Mungkin saja. Tapi bisa juga tidak.
Apa yang dikembangkan oleh DARPA sama sekali tidak menyamai klaim Tesla
mengenai kekuatan senjatanya. Beberapa pihak percaya kalau pihak Amerika memang
memiliki dokumen tersebut, namun tidak memiliki kemampuan untuk
merealisasikannya.
Selain teori Konspirasi yang
melibatkan pemerintah, banyak juga yang percaya kalau rancangan Tesla Death Ray
sesungguhnya tidak pernah ada. Menurut mereka, Tesla Death Ray hanyalah satu
dari sekian klaim bombastis yang diberikan oleh Tesla. Walaupun tidak ada yang
menyangkal jeniusnya Tesla, namun banyak proyek yang disebutkannya tidak pernah
terealisasi.
Misalnya, pada tahun 1900, ia
mengatakan kalau ia bisa menyembuhkan penyakit TBC dengan osilasi listrik. Pada
tahun 1927, ia mengatakan kalau ia berencana untuk mengendalikan kekuatan
samudera untuk dimanfaatkan. Lalu, pada tahun 1931, ia mengklaim kalau ia bisa
membuat bahan bakar fosil menjadi tidak berharga lagi dengan memanfaatkan
energi kosmis sebagai bahan bakar alternatif. Tentu saja klaim-klaim ini tidak
pernah terealisasi.
Jadi, Tesla Death Ray bisa jadi
hanyalah salah satu dari bualan Tesla yang lain.
Bahkan walaupun rancangan itu ada,
bisa dimengerti mengapa pemerintah menolaknya. Ide Tesla mengenai kemungkinan
terciptanya perdamaian jika senjatanya diimplementasikan sangat tidak masuk
akal. Memang, sebuah negara yang memasang Tesla Death Ray akan aman dari
serbuan pesawat. Namun, jelas tidak akan aman dari serangan diam-diam.
Jika saya adalah seorang pemimpin
sebuah negara dan memutuskan untuk menyerang sebuah negara lain, maka yang akan
saya lakukan pertama adalah mengirim pasukan penyerang secara diam-diam untuk
menghancurkan Tesla Death Ray di negara tersebut terlebih dahulu sebelum
mengirim skuadron pesawat tempur.
Lagipula, Tesla memiliki anggapan
kalau semua pemimpin negara adalah pemimpin yang cinta damai. Ia tidak
memikirkan kemungkinan digunakannya senjata tersebut sebagai alat untuk
menyerang oleh seorang diktator. Jika sebuah negara memasang Tesla Death Ray
dan memutuskan untuk menyerang negara tetangganya, maka mereka akan dengan
sangat mudah mengarahkan senjatanya untuk menghancurkan pesawat komersial.
Dengan demikian, perang pun menjadi
tidak terhindarkan.
Jadi, ide besar ini sepertinya juga
memiliki cacat yang besar.
Jika saat ini, 67 tahun setelah
kematian Tesla, kita masih belum melihat realisasi dari Tesla Death Ray, maka
sepertinya kita harus bersyukur, dan siapapun yang menyimpan rancangan itu
hingga sekarang telah berbuat kebaikan bagi dunia.
serem amat senjatanya
ReplyDelete